Al ananda. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

KITA SAMA DIMATA TUHAN


Sekilas ketika semua yg terindah,,,hadir di hadapanmu,,Seketika anganmu melambung tinggi,,kau gapai semua,,tiada mampu kau terka,, ketika kau dapatkan segalanya,, tidak seindah yang ada dalam benakmu,,mungkin sebaik nya tidak Terlalu berharap,,sehingga tidak terlalu kecewa,, parasmu memang indah,,,cukup bagi ku untuk sekedar mengagumi mu,,!!
Marilah coba kembali mendaki gunung ego kita, bersihkan sampah-sampah ketamakan yang berhamburan disana-sini. Sebelum mendaki gunung sebenarnya. Naik bersama orang-orang dan menjadi bersaudara, pulang pun tetap menjadi bersaudara.
Mahameru 2011
Dan ketika telah sampai di puncak trangulasi cinta, lihatlah alam dibawah kaki kita, begitu indahnya, begitu “Lestari”. Dan dapatilah dirimu melihat dengan mata Tuhan, dipuncak trangulasi cinta, ketika telah kau bersihkan sampah ketamakan dan kesombongan dipuncak itu. Ada Tuhan dipuncak gunung. Berdirilah dan lihat sekeliling, tiga ratus enam puluh derajat, berputarlah melihat sekitarmu, Subhanallah sungguh Indah maha karya mu TUHAN.
Kita semua sama dimata TUHAN, Dari sebuah keindahan hubungan antara diri kita dengan alam. Tuhan meminjamkan mata-Nya. Lihatlah alam dibawah sana, tiada nampak jelas perbedaan-perbedaan itu. Putih-Hitam, adil-zalim, baik-jahat, cantik-jelek, tinggi-pendek, kaya-miskin, cerdas-bodoh, dan segala perbedaan-perbedaan alam dibawah sana, sama sekali tidak terpahami, yang ada hanya kekaguman akan keindahan pemandangan itu. Diatas puncak gunung inilah Tuhan meminjamkan mata-Nya. Segala perbedaan hakikatnya hanyalah gradasi-gradasi keindahan yang terpancar dari puncak gunung ini. Begitu indah jika kau lihat dengan mata-Nya. " hanya manusialah yang membeda bedakan. "
Namun hidup kita tak sempurna disini. Kita mesti turun dari puncak gunung ini, menghadapi kehidupan alam dibawah sana, jauh dibawah sana, dengan segala perbedaan-perbedaan menanti untuk menggerus cara pandang kita dengan mata Tuhan yang sempat dipinjamkan. Mau tidak mau kita mesti menghadapi buasnya diri kita, ketamakan itulah yang mesti kita takuti, yang akan membuat semu pandangan itu.

banyak yang dapat kita ambil dari setiap langkah petualang kita, maknai setiap perjalanmu,
Lestarilah alam kita, tempat kita, yang ada didalamnya hidup. Lestarikan alam hati kita, yang lebih buas itu, karena kita alam yang hidup dalam alam. Itulah sebabnya, sedikit yang menyadari, ketidak seimbangan alam ini, bukan hanya karena ketidak harmonisan kita dengan alam, namun lebih dari itu ketidak seimbangan alam ini karena ketidak harmonisan diri kita terhadap alam hati diri kita, terhadap Tuhan dan diri kita. 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: